Bila Setan Dibelanggu, Mengapa Masih Ada Kejahatan di Bulan Ramadhan? | Sebuah Kontemplasi

Adalah masyhur sebagaimana disampaikan oleh Baginda Nabi dalam salah satu sabdanya, bahwa ketika bulan Ramadhan tiba, maka pintu surga akan dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka akan ditutup serapat-rapatnya. Tidak hanya sampai di sana, bahkan Baginda Nabi juga menambahkan keterangan bahwa Jin dan Setan ikut dibelenggu di dalam neraka. Tujuannya? Agar rute menuju goal dari puasa, yaitu menjadi hamba bertakwa, dapat dilalui dengan maksimal oleh kita yang menjalankannya.

Menariknya, kehidupan di hari-hari bulan Ramadhan ternyata tidak seindah dan semudah yang dibayangkan. Meskipun ada banyak fasilitas dan kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, nyatanya peluang itu tidak bisa dikatakan tanpa hambatan dan tantangan. Betapa kita masih mudah menemukan orang yang berpuasa tetapi masih berbuat curang, lalim atau abai terhadap kondisi sosial. Betapa kita juga akan sepakat bahwa puasa nyatanya lebih cenderung hanya menahan diri pada urusan perut dan kelamin saja. Padahal hakikat puasa itu sendiri, sebagaimana sabda Baginda Nabi, adalah وجاء atau tameng yang maksudnya adalah sebagai bentang yang mencegah kita dari berbuat sesuatu yang menciderai ibadah di bulan Ramadhan.

Bila jin dan setan dibelenggu selama bulan Ramadhan, lalu darimana sumber segala bentuk keburukan yang terjadi di bulan mulia itu?

Sebenarnya, apabila kita membaca dan merenungi lebih dalam salah satu surat pendek di dalam Al Quran, yaitu surat An Naas yang berarti manusia, Allah menyelipkan satu pemahaman yang barangkali banyak di antara kita yang luput. Bahwa, kita diperintahkan oleh Allah untuk berlindung hanya kepada-Nya dari keburukan dan waswas yang berasal dari manusia, tukang sihir dan jin atau setan. Tetapi pada ayat yang terakhir, Allah mengisyaratkan agar kita selaku hamba-Nya agar senantiasa meminta pertolongan dari godaan, gangguan dan bisikan dari jin dan manusia.

Salah seorang penceramah suatu ketika pernah ditanya pertanyaan yang sama. Jama’ah yang lain turut mengiyakan pertanyaan tersebut. Bahwa bila jin dan setan dibelenggu selama bulan Ramadhan, lalu mengapa masih ada keburukan yang terjadi di bulan mulia itu?

Beliau kemudian mengajak jama’ahnya untuk merenungi surat An Naas ini, khususnya di ayat yang terakhir. Sambil sesekali memancing pikiran para jama’ah, seorang penceramah itu turut memberikan clue, seperti adanya manusia-manusia semacam Fir’aun, Nam’rud, Qarun, Abu Lahab dan lain sebagainya. Karena jama’ah tidak mampu menebak maksud sang penceremah, akhirnya dibocorkanlah jawaban yang dimaksud. Sembari membenarkan pecinya yang tampak agar miring ke kanan, beliau menjawab

“… dari ujung ayat pada surah ini, kita bisa memahami bahwa ternyata ada segolongan manusia yang wataknya sama seperti jin dan setan. Tindakannya juga tak kalah dengan tugas-tugas para jin dan setan. Sehingga, tugas jin dan setan menjadi sedikit lebih ringan karena adanya sokongan dari manusia untuk menyesatkan bangsanya sendiri. Mereka bahkan adalah orang-orang yang terpandang, berpengaruh, kuat, berdaya, berharta juga bertahta. Mereka dengan mudah untuk mengatur segala hal sesuai nafsunya. Jin dan setan hanya tinggal membisikkan satu dua hal, lalu manusia sendirilah yang akan menerjemahkannya kedalam satu dua perbuatan yang justru merugikan diri mereka sendiri kelak…”

Maka, kita sudah tidak perlu lagi merasa heran. Bahwa ternyata ada jin dan yang setan yang memang wujudnya adalah Jin dan Setan. Tetapi ada juga Jin dan Setan yang wujudnya adalah manusia seperti kita, berjalan di atas tanah, bekerja dan aktivitas lainnya. Maka bila bulan Ramadhan itu justru membelenggu jin dan setan yang wujudnya adalah memang Jin dan Setan, justru Jin dan Setan yang berwujud manusia masih bebas berkeliaran dan bertebaran di mana mata kita memandang. Meskipun mereka terkadang ikut berpuasa bersama kita, tetapi kelakuan dan ucapannya justru tidak berpuasa alias menabrak aturan-aturan yang ada.

Bila kita masih dengan mudah menemukan diri kita melakukan hal-hal buruk walaupun sedang berada di dalam bulan Ramadhan, padahal Jin dan Setan sedang Allah belenggu di dalam neraka, maka ada baiknya bagi kita untuk berkontemplasi dan introspeksi diri. Jangan-jangan, kita adalah jelmaan bisikan dan hawa nafsu yang berasal Jin dan Setan dalam wujud manusia, dan kita justru tetap berkeliaran dengan amannya padahal ’saudara-saudara’ kita itu sedang dibelenggu dan disiksa di dalam neraka. Naudzubillah min dzalik.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.